NASIONALNEWSOPINI

Indonesia, Pancasila, Dan Jasa Peradaban Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, M.A

Jakarta | Citranewsindonesia.com – Berdukacita mendalam atas wafatnya Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, M.A. (Buya Syafii Maarif). Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa Melindungi dan Memberkati Indonesia, Muhammadiyah, Akademika Perguruan Tinggi, dan Keluarga yang ditinggalkan. Juga diberi Penguatan, Penghiburan, dan Pengharapan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada masyarakat dan bangsa Indonesia serta dunia internasional yang “ditinggalkan” oleh Buya Syafii Maarif. Rest In Peace. Amin.

“Kepergian” Buya Syafii Maarif, sungguh-sungguh amat menggetarkan khalayak lokal, regional, nasional, dan internasional. Sebuah kepergian yang sangat beraneka ragam meninggalkan kualitas kebaikan, kebajikan, keadaban, dan keteladanan. Buya Syafii Maarif “meninggalkan” kita, namun Sang Guru Bangsa dan Cendekiawan Besar meninggalkan berbagai Nilai-Nilai keadaban, keluhuran, dan kemuliaan kepada kita. Nilai-Nilai yang sama sekali tidak terbatas dan tidak terhingga keharumannya dan kemaknaannya.

Sebuah foto lama menunjukkan ketika suatu saat, Penulis mendampingi dan bersama Buya Syafii Maarif dan Prof. Dr. Saldi Isra. Kebersamaan tersebut adalah dalam sebuah pertemuan santai dan diskusi informal bertiga. Meskipun pertemuan santai dan diskusi informal namun intinya dan hakekatnya adalah membicarakan sejumlah perihal strategis keadilan, kemanusiaan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Buya Syafii Maarif sebagaimana biasanya dan lazimnya, selalu menjadi “Guru dan Orangtua” yang dialogis, egaliter, menghormati, menyemangati, dan memotivasi proposal pemikiran dan pernyataan secara demokratis, dialogis, dan dialektis.

Betapapun santai dan informal, ada sejumlah pokok pemikiran materi diskusi dan testimoni yang disampaikan Buya Syafii Maarif. Prof. Dr. Saldi Isra adalah Guru Besar Tetap Universitas Andalas , Padang, Sumbar, dan Guru Besar Tamu di beberapa Perguruan Tinggi dalam negeri dan luar negeri Indonesia. Kini mengabdi sebagai Hakim Konstitusi di Mahkamah Konstitusi RI. Profesi tersebut merupakan kawasan pengabdian di bidang akademik keilmuan dan tata kenegaraan. Profesi yang selalu diberikan catatan kritis, korektif, alternatif, solutif oleh Buya Syafii Maarif.

Pertemuan dan diskusi bermaterikan pada aspirasi, artikulasi, agregasi, dan formulasi untuk memikirkan, memedulikan, dan membangkitkan Keindonesiaan Raya. Sebuah Indonesia yang demokratis, konstitusional, egaliter, solider, toleran, moderat, adil, makmur, dan sejahtera. Wajah Indonesia tersebutlah, yang disuarakan dan diperjuangkan secara hati nurani dan akal budi oleh Buya Syafii Maarif. Pembangunan dan Pemajuan Indonesia diwujudkan melalui berbagai posisi dan peran Buya Syafii Maarif dengan penuh kebeningan hati nurani dan kecerdasan akal budi.

Buya Syafii Maarif adalah mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ; salah seorang Ulama Besar, Guru Bangsa, Pemimpin yang sederhana, dan Penuntun Pemandu yang bersahaja. Kawasan dan ekosistem kepemimpinan struktural dan posisi kepenuntunan dan kepemanduan tersebut sungguh-sungguh “menyejarah dan melegenda”. Hakekat yang menyejarah dan melegenda sepanjang masa tersebut disebabkan karena Buya Syafii Maarif memiliki akar kultural kukuh dan basis sosial kuat yang menyertainya dan melengkapinya.

Kekukuhan akar dan kekuatan basis tersebut, pada dasarnya semakin menumbuh subur dan terbangun kuat. Perihal tersebut karena dipermaknai dengan adanya “perjumpaan dan persekutuan” beberapa faktor dan subsistem dalam kepemimpinan Buya Syafii Maarif secara utuh. Formulasi kepemimpinan tersebut bergerak dialogis, dinamis, dan dialektis karena Buya Syafii Maarif selalu berikhtiar untuk selalu setia dan taat. Komitmen kesetiaan dan ketaatan tersebut untuk memperjumpakan dan mempersekutukan sejumlah hal secara utuh. Ada keutuhan antara perenungan dan pemikiran refleksi dengan penuturan dan perlakuan aksi.

Pemimpin dan “pelindung” sekaliber dan sekuat Buya Syafii Maarif, pada dasarnya bersifat monumen yang berharkat dan bermartabat. Buya Syafii Maarif menjadi dan merupakan simbol dan monumental yang mengukuhkan tata pikir dan laku sikap pemimpin dan pelindung. Integritas, kredibilitas, dan kualitas Buya Syafii Maarif adalah pemimpin sejati dan pelindung abadi bagi yang tertindas, teraniaya, tersisih, dan terpinggirkan keadilan, kebenaran, dan keyakinan yang mereka pertahankan, perjuangkan, dan tegakkan. Keseluruhan bangunan kedirian dan kepribadian tersebut, pada gilirannya semakin menyejarah dan selalu melegenda.

Kualitas kemenyejaraan dan kemelegendaan Buya Syafii Maarif terbangun tertib dan rapi, karena disebabkan oleh landasan dan dasar yang baik. Landasan yang disebabkan, digerakkan, dan dibangkitkan oleh dan dengan ketulusan, kejujuran, keteguhan, keberanian, ketegasan, kesederhanaan, dan kebersahajaan Buya Syafii Maarif. Dasar-dasar berkehidupan yang adab dan bajik tersebut senantiasa dibanguni dan dilakoni secara otentik, asli, murni, dan konkrit.

Buya Syafii Maarif, juga seorang Pemikir, Pendidik, Pengajar, Penutur, dan Penulis yang terdepan dan terkemuka. Seorang Sejarawan, Budayawan, Sastrawan, Akademisi, Ilmuwan, Intelektual, dan Cendekiawan Indonesia dan Internasional. Figur dan sosok Buya Syafii Maarif tergolong “paripurna” dalam hal dan dalam konteks keteladanan. Atmosfir keteladanan yang diajarkan dan dipancarkan kepada khalayak ramai dan kalangan umum yang tidak terbatas dan tidak terhingga.

BACA JUGA :   Ibu Iriana Kampanye Pola Asuh Berbasis Karakter kepada Masyakat Toba Samosir

Integritas, kredibilitas, dan kualitas Buya Syafii Maarif, pada dasarnya menempatkan posisinya dan perannya menjadi salah seorang “Episentrum” yang terdepan, yang terutama, dan yang terkemuka. Posisinya dan perannya adalah menumbuhkan, menaburkan, menyuburkan, membumikan, dan menjalankan Sila-Sila Pancasila dan keseluruhan ekosistem Ideologi Pancasila. Posisi dan peran Buya Syafii Maarif sebagai episentrum tersebut senantiasa hadir dan tumbuh dalam keseluruhan ruang dan kesempatan. Setiap saat, kapanpun, dan dimanapun.

Perjalananan dan pergerakan kesejarahan integritas, kredibilitas, dan kualitas kenegarawanan, kecendekiawanan, dan keulamaan Buya Syafii Maarif adalah berkekuatan sosial dan kultural serta berkewibawaan moral. Tergolong berkategori tertinggi dan terdepan sebagai garda utama “Pemimpin Penuntun dan Pemandu” – yang teguh, teduh, dan tegas. Kemudian juga berkelas “Pemimpin Penyinar, Penerang, dan Pengarah” – yang berprinsip, berwarna, berkepribadian, dan berkarakter. Perihal tersebut sudah terverifikasi dan telah terkonfirmasi. Juga sudah teruji dan terbukti dalam keseluruhan nafas pelayanan dan darah pengabdian Buya Syafii Maarif.

Ketika sebagian umat manusia, kalangan masyarakat, jajaran elit dan penguasa, bahkan tokoh agama dan kepercayaan mengalami virus kelupaan dan sakit kealpaan atas etos Bhinneka Tunggal Ika, toleransi, dan moderasi. Ketika mengalami kekurangan dan kehilangan atas etika dan moral untuk mempraxiskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, maka terjadilah krisis peradaban. Krisis yang terjadi tersebut, pada gilirannya berpotensi mengganggu, merusak, meniadakan, dan menghancurkan kemanusiaan, kebudayaan, keadaban, dan keadilan. Maka sesungguhnya dan sejatinya kemudian, figur dan sosok adab etik moral dalam personalitas Buya Syafii Maarif menjadi penting dan mendesak. Buya Syafii Maarif menjadi relevan.

Ketika krisis peradaban tersebut menumbuh dan meningkat, maka seketika itu juga, kita mengingat, merindukan, dan mendambakan figur ketokohan dan sosok kepemimpinan Buya Syafii Maarif. Kepribadian dan keteladanan Buya Syafii Maarif menjadi relevan dalam konteks tersebut. Bahkan menjadi “tanggapan” otentik dan “jawaban” konkrit mengatasi permasalahan akut dan masif tersebut. Relevansinya adalah model dan tipikal kepemimpinan tersebut berpotensi mengembalikan dan berkekuatan meluruskan krisis peradabanyang terjadi. Untuk kemudian dikembalikan dan diluruskan menjadi atmosfir berkehidupan dan berkebudayaan yang adab etik moral.

Makna relevansi terpenting dan terpengaruh dari kehadiran dan keberadaan figur dan sosok Buya Syafii Maarif, pada dasarnya berposisi dan berfungsi vital serta berpengaruh strategis secara berarti. Berposisi, berfungsi, dan berpengaruh menjadi “pengingat, pengembali, pelurus, dan penumbuh” nurani kebaikan dan kebajikan publik. Intisari keutamaan dari nurani kebaikan dan hakekat kebajikan Buya Syafii Maarif adalah Tugas Panggilan dan Tanggungjawab Moral Kemanusiaan dan Kemasyarakatan bersama. Juga merupakan Tugas Panggilan dan Tanggungjawab Moral Kebangsaan dan Kenegaraan bersama.

Tugas Panggilan Suci dan Tanggungjawab Moral Sakral tersebut adalah sebuah dan serangkaian “Medan Pelayanan” terpanjang dan terlama sepanjang masa dari Buya Syafii Maarif. Tugas dan tanggungjawab tersebut adalah kawasan atmosfir yang senantiasa “disuarakan dan diperjuangkan” oleh Buya Syafii Maarif. Penyuaraan dan Perjuangan tersebut “dibumikan dan dipraxiskan” dengan tulus, ikhlas, tegas, teguh, arif, bijak, dan berani di tengah pergulatan kebatinan, pergumulan kenuranian, dan pertempuran kehatian terdalam. Itulah kesucian dan kesakralan yang tidak pernah lupa, luput, dan lepas sedikitpun, kapanpun, dan dimanapun dari elan vital pergerakan, penyuaraan, dan perjuangan Sang Guru Bangsa.

Pergerakan, penyuaraan, dan perjuangan Buya Syafii Maarif diabdikan untuk selalu kembali dan terus menerus kepada keseluruhan Nilai-Nilai dan ekosistem Sila-Sila Pancasila secara utuh menyatu. Juga diperuntukkan bagi Keindonesian dan dunia internasional. Keseluruhannya dan kesemuanya kehadiran dan kepribadian Buya Syafii Maarif diorientasikan untuk membangun etos dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, kebudayaan, keadaban, dan kemanusiaan. Keutamaan filsafat pemikirannya dan pemihakannya berbasis pada moderasi dan toleransi. Juga pada humanisme, sosialisme, dan nasionalisme yang setara (egaliter), tulus, terbuka, dan universal.

Buya Syafii Maarif, sebelumnya adalah salah seorang Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI bersama dengan beberapa Negarawan sebagai Anggota Dewan Pengarah BPIP-RI. Institusi BPIP-RI dipimpin oleh Presiden Kelima RI Hj. Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP-RI. Kepemimpinan Buya Syafii Maarif yang amat sangat sederhana, bersahaja, dan familiar telah “menyata dan membumi” sejak dahulu kala. Penulis bersyukur dan berterima kasih pernah berkenalan, mengenal, dan berjumpa dengan baik dan dari dekat secara langsung dengan Buya Syafii Maarif. Juga pernah bertemu dan berdiskusi lama dan beberapa kali.

BACA JUGA :   Hari Guru Nasional 2021, Presiden: Mari Bersama Pulihkan Pendidikan

Penulis sejak akhir tahun 1980-an, sejak dari Yogyakarta, sudah sering menghadap dan menemui Buya Syafii Maarif. Sejak ketika Penulis menjadi Ketua Senat Mahasiswa, ketika menjadi salah seorang Ketua Presidium Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY), ketika menjadi salah seorang Pimpinan Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus (Kelompok Cipayung) dan Organisasi Kemahasiswaan Profesi di tingkat lokal regional Yogyakarta dan di tingkat nasional Indonesia, ketika menjadi salah seorang Presidium Forum Mahasiwa Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Kemudian ketika Penulis menjadi salah seorang Anggota Komisi Politik dan Hukum DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Anggota Badan Legislasi DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Anggota Panitia Khusus DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Ketua DPP PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Ketua Umum PDI Perjuangan Hj. Megawati Soekarnoputri, ketika menjadi Ketua Dewan Pembina dan Dewan Penasehat sejumlah komunitas, sampai dalam beberapa kesempatan berikut dan kapasitas lainnya setelah itu, dan lain-lain.

Kemudian juga ketika di Jakarta dan di beberapa kota lainnya di Indonesia dalam berbagai ruang dan kesempatan. Demikian juga, ketika Buya Syafii Maarif menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA-RI). Sebuah Lembaga Tinggi Negara pada masanya yang setara atau setingkat dengan Lembaga Tinggi Negara : DPR-RI, MA-RI, BPK-RI sebelum Amandemen Konstitusi UUD Tahun 1945. Perenungan dan pemikiran Buya Syafii Maarif sering dan selalu menyegarkan dan menyehatkan. Juga konstruksinya dan substansinya senantiasa bersifat, bermaterikan, dan berorientasikan memotivasi, membangun, menggerakkan, dan memajukan.

Pada dasarnya dan intisarinya dari penghadapan Penulis kepada Buya Syafii Maarif adalah untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai sejumlah perihal. Juga memohon pemikiran, pertimbangan, dan pendapat Buya Syafii Maarif. Khususnya bagi pembangunan dan pemajuan bersama sebagai masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Kegiatan berkonsultasi dan kesempatan berdiskusi, pada dasarnya mesti selalu diletakkan dan dikembangkan untuk kepentingan dan kebutuhan bersama.

Belum lama sebelum Kepergian Buya Syafii Maarif, Penulis berada di Yogyakarta sejak hari Rabu, tanggal 25 Mei 2022 karena beberapa tugas dan kegiatan. Kemudian ke Surakarta (Solo) menghadiri undangan kegiatan sosial dan kultural (Akad Nikah dan Resepsi Pernikahan Sahabat Penulis : Ketua Mahkamah Konstitusi/MK-RI Prof. Dr. H. Anwar Usman, S.H., M.H. dengan Hj. Idayati/Adik Presiden RI Jokowi), hari Kamis, tanggal 26 Mei 2022. Kembali dari Surakarta dan berada lagi di Yogyakarta, hari Kamis malam sampai Hari Jumat pagi, tanggal 26 Mei 2022 sampai dengan tanggal 27 Mei 2022.

Penulis masih berada di Yogyakarta dan sedang menuju Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) untuk segera berangkat terbang dengan naik pesawat ketika mengetahui berita atau kabar Duka Kepergian Buya Syafii Maarif. Penulis tidak sempat melayat karena penerbangan pesawat segera berangkat ke Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Penulis harus segera berangkat terbang untuk menunaikan sejumlah tugas dan kegiatan serta diundang menjadi Pembicara di sebuah forum akademik keilmuan di Pontianak, Kalbar.

Perihal tersebut adalah sebuah tanggungjawab moral, tugas luhur, dan kegiatan mulia demi untuk kemajuan keilmuan, kebudayaan, kemanusiaan bagi pembangunan peradaban. Sebuah kawasan dan atmosfir sebagaimana Buya Syafii Maarif senantiasa dan semakin terus menerus suarakan, perjuangkan, bangkitkan dan gelorakan ketika masih hidup bernafas. Kualitas kehidupan dengan etos dan semangat Pelayanan dan Pengabdian.

Indonesia, Pancasila, dan Jasa Peradaban Buya Syafii Maarif adalah sebuah dan serangkaian tema utama dan tema sentral yang menyertai, mewarnai, dan memaknai kepemimpinan dan kepribadian Buya Syafii Maarif. Spritualitas tematis tersebut adalah “Kita Semua Masyarakat, Bangsa, dan Negara Indonesia dan bahkan Dunia Internasional”. Selamat Jalan Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif : Ulama Besar, Guru Bangsa, Pemikir, Perenung, Penutur, Penulis yang cendekia intelek arif bijak, Pemimpin yang sederhana, teduh, sejuk, dan bersahaja.

Penulis : Firman Jaya Daeli (Ketua Dewan Pembina Puspolkam Indonesia)

Daerah Istimewa Yogyakarta, Hari Jumat, Tanggal 27 Mei 2022.

Facebook Comments

Firmanjaya Daeli

PENULIS

IKUTI CITRANEWS OK TERIMAKASIH