
Cilacap, CitraNewsIndonesia – Warga Kelurahan Tritihkulon, Kecamatan Cilacap Utara bernama Slamet Riyadi tak kuasa menahan rasa sedih dan sangat kecewa karena istri yang ia cintai dan bayi yang ia sayangi yang masih dalam kandungan itu harus meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Beberapa awak media menanyakan kepada Slamet apa penyebab dirinya sangat sedih dan kecewa kepada siapa? Dengan sedih dan berlinang air mata Slamet mengatakan kepada awak media seorang suami pasti sedih karena istri dan bayi yang disayangi meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Slamet mengungkapkan, yang membuat saya sangat sedih kenapa istri dan anak yang masih dalam kandungan meninggal padahal awalnya kondisi istri dan bayi baik-baik saja dan itu keterangan dari bidan kandungan yang menanganinya, namanya orang yang mau melahirkan pasti perutnya sakit, mules.
Sampai pagi saya dikasih kabar oleh bidan, pak dhe bayinya ini terlalu besar melebihi 3 kg gimana kalau dirujuk ke rumah sakit, saya bilang mana yang terbaik mbak, yang penting anak dan istri saya selamat.
Sampai IGD kandisi ibunya baik-baik saja, posisi bayi dikatakan baik-baik saja sehat, bidan nelpon sama pihak RS yang menangani di IGD bagaimana itu pasien saya, baik-baik saja jawabnya ibunya sehat, bayinya posisi baik-baik saja.
Setelah itu sekitar jam setengah enam hampir jam 7 pagi itu dipindahkan ke kamar ternate ditangani sama dua bidan rumah sakit, sekitar sampai jam 9 pagi, bidan yang menangani nyuruh istri saya kuat kuat, dipaksa oleh bidan kuat-kuatan sambil posisi tangan bidan ini diatas perut istri saya sambil didorong-dorong perutnya, posisi saya ada disamping istri dan melihat istri berteriak nahan rasa sakit hati saya sangat sedih.
“Istri saya sudah bilang gak kuat, aku gak kuat, aku gak ada tenaga, disitu bidan masih saja mendorong dan dipaksa seperti orang marah-marah sama istri saya, dan disitu posisi istri sudah kehabisan tenaga udah gak mau gerak lagi. Cuma saya suaminya pegang kakinya, kakinya diganjal”, Slamet mengatakan kepada awak media beberapa minggu yang lalu dirumahnya.
Lebih lanjut Slamet menceritakan, yang membuat hati saya paling sedih dan kecewa karena seorang bidan terus mendorong perut istri padahal sudah mengatakan tidak kuat tapi terus dipaksakan, saya kecewa masa seorang bidan hanya mendorong perut istri disaat sulit melahirkan apa tidak ada tindakan medis selain mendorong-dorong. Padahal sudah sangat jelas penyebab sulitnya bayi dilahirkan yaitu hanya karena bayinya besar. Pihak bidan tidak menawarkan apa-apa kepada saya misalnya dioperasi atau gimana.
Setelah istri tidak berdaya baru mereka panggil dokter, dada istri ditekan-tekan tapi istri sudah tidak bergerak baru dimasukin ke ruang operasi. Waktu di ruang operasi dokter bilang kalau menyelamatkan ibunya, harus di operasi agar bayi dalam kandungan diangkat, ya gimana pak ini saya orang kecil, ya mana yang terbaik menurut dokter, mana mungkin saya bilang jangan itukan nanti jadinya saya salah, karena dokter bilang yang penting ibunya diselamatkan.
Pada saat dilakukan operasi posisi bayinya sudah meninggal dan istri tidak bergerak, setelah dilakukan operasi mereka bilang didalam rahim ada yang pecah yang menutupi jalannya si jabang bayi dan harus dibuang.
Selang beberapa jam setelah melakukan pemakaman bayi saya mendapatkan kabar dari keluarga yang menunggu istri di rumah sakit katanya ibu sudah meninggal, tambahnya.
“Saya sangat kecewa kepada pihak yang menanganinya, mungkin istri dan bayi tidak akan meninggal kalau saat itu langsung dilakukan operasi karena bidan tahu penyebab susahnya bayi lahir dikarenakan kebesaran 3 Kg lebih. Justru istri saya kehabisan tenaga sampai tidak sadar diri karena perutnya didorong dorong, dan dia sudah bilang gak kuat tapi terus dipaksakan untuk kuat-kuat. saya jadi heran jaman kemajuan medis apakah masih ada proses bersalin dengan cara didorong-dorong”, tandasnya.
Hal ini media mencoba konfirmasi ke pihak RSUD saat itu kebetulan awak media ketemu Direktur RSUD dan menceritakan apa yang dirasakan oleh Slamet saat istrinya dalam proses persalinan di rumah sakit.
Direktur RSUD, dr. Pramesti Griana Dewi, M.Kes, M.Si mendengar hal ini terkejut, dirinya mengatakan hal ini baru dia dengar, sebelumnya dari pihak rumah sakit belum memberitahunya dan mengatakan kepada media hal ini akan ditindak lanjuti dan perlu waktu.
Beberapa hari kemudian dari pihak Rumah sakit melalui Humas mengeluarkan Press Release (11/08/20180). Dalam Press Release itu menerangkan bahwa kasus ini adalah kasus persalinan, dimana untuk pembukaan lengkap sudah terlalu lama, sehingga sampai di rumah sakit dilakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi janin yang terkesan seperti didorong.
Karena pasien sudah kelelahan dan menunggu persalinan secara spontan sudah terlalu lama, oleh dokter jaga kandungan direncanakan melahirkan bayi dengan bantuan alat vakum (sedot).
Dalam persiapan vakum, pasien mengalami syok berat sehingga dilakukan Resusitasi (pemijatan jantung) oleh dokter jaga IGD dan Resusitasi berhasil dengan baik.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang, dan ditegakkan Diagnosis terjadi robekan rahim. Sehingga kemudian dilakukan operasi secepatnya untuk melahirkan bayi dan mengangkat rahim. Namun 4 jam setelah operasi pasien meninggal yang disebabkan oleh kegagalan multi organ. YOS