Pembangunan Tangsel Jangan Disamakan Dengan Kota Surabaya

Pembangunan Tangsel Jangan Disamakan Dengan Kota Surabaya

Tangsel,Citranewsindonesia- Masih minimnya kepuasan masyarakat atas kinerja Pemkot Tangerang Selatan selama atas pembangunan yang dilakukan oleh Walikota dan wakil walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie, mendapat sorotan  dari Hery Kustanto praktisi media nasional yang juga petinggi disalah satu stasiun tv swasta tersebut.

Kepada reporter Citranewsindonesia.com secara eksklusif, Hery Kustanto Senin (11/09/2017) menyampaikan kritik dan koreksinya serta masukkan kepada Walikota Tangsel yang cantik dan cerdas tersebut.

Menurut Hery Kustanto, dirinya selaku warga Tangerang Selatan berdasarkan hasil surveynya terhadap pencapaian pembangunan yang dilakukan oleh Airin-Benyamin Davnie selama delapan tahun melaksanakan pembangunan di Tangsel, sama sekali dirinya tidak melihat adanya ciri khas dari sebuah kota bernama Tangerang Selatan,

Bahkan nihil visioner, tidak seperti kota-kota besar di Indonesia lainya seperti kota Surabaya dengan Risma sebagai walikotanya yang sukses membangun karakter kota Surabaya serta kota Bandung dan Jakarta,Padahal motto kota Tangsel adalah cerdas, modern dan religius.

Hery Kustanto menambahkan bahwa, warga Tangsel yang mayoritas adalah kaum Urban, seolah agak cuek dengan pembangunan yang dilakukan oleh Pemkot Tangsel, karena dirinya melihat pembangunan kota Tangsel itu tak memiliki karakter yang jelas.

BACA JUGA :   Razia Pajak Kendaraan Bermotor di Ciputat

“Program kerja apa yang lebih memihak kepada kepentingan masyarakat, hal ini merupakan evaluasi atas hasil kinerja Pemkot selama delapan tahun membangun Tangsel.

Pembangunan banyak berjalan apabila anggaran atau kucuran APBD sedang turun, akan tetapi ujung-ujungnya banyak juga yang mangkrak pembangunannya seperti yang dialami dalam pembangunan gedung DPRD Tangsel maupun kantor Puspem Tangsel itu sendiri.

Katanya kota religius, nyatanya masjid Agung pun sebagai kebanggaan masyarakat Tangsel kita tak punya, belum lagi alun-alun sebagai tempat dan simbol perbauran masyarakat Tangsel yang heterogen, Tangsel pun tak punya,” tandas Hery Kustanto.

Ditempat terpisah, saat dikonfirmasi menanggapi kritikan dari Hery Kustanto, Ketua Dewan Penasehat LSM Gerakan Masyarakat Pemburu Koruptor (Gempur) dan juga Presidium Lembaga Kajian dan Analisa Teropong yang juga pengusaha asal Tangsel, H. Bima menolak jika tolak ukur pembangunan kota Tangerang Selatan berpotret seperti pada kota-kota besar di Indonesia lainnya.

“Menurut saya pandangan tersebut tidak fair, Tangsel usianya baru saja menginjak delapan tahun, sedangkan kota Surabaya sudah berusia ratusan tahun dalam membangun kota Surabaya. Sebagai kota pemekaran, dominani pembangunan di kota Tangsel sudah jauh melampaui keberhasilan pembangunan di kota-kota se Provinsi Banten, baik dalam hal pembangunan maupun dari peningkatan pendapatan asli daerah (APBD), hingga pembangunan infrastrukturnya,” terang H. Bima.

BACA JUGA :   Bentuk Empati Atas Tragedi Kanjuruhan, Pemkot Tangsel Bersama Forkopimda Gelar Doa Bersama Lintas Agama

H.Bima menilai program kerja dan hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh walikota Tangsel saat ini sudah terlaksana dengan baik seperti adanya Puskesmas rawat inap, RSUD gratis bagi warga Tangsel, program bedah rumah, balai warga, paving blok atau pengaspalan seluruh jalan pemukiman warga, hingga gedung sekolah dan e-KTP.

“Jika saja kota ini dipimpin oleh seorang pria tentunya akan banyak muncul adu kekuatan massa, mengingatkan tidak sedikit pemimpin pria yang terjebak dalam budaya politik pragmatis. Sebagai walikota perempuan di Tangsel, beliau sosok yang tepat, pertama kali mengelola pembangunan di Tangsel baik mengelola sumber daya alamnya hingga sumber daya manusianya,” pungkas H. Bima.

Penulis : (BTL)

Facebook Comments
TANGERANG SELATAN