ini merasa kecewa dengan suasana gaduh yang terjadi seputar pilkada
DKI, sebab hingga detik menjelang pemilihan kepala daerah ibukota
Jakarta masih ramai berbagai polemik bahkan terkesan diskriminatif terhadap satu pasangan calon.
“Saya juga seorang muslim, kenapa saya tidak boleh memilih pemimpin di lain muslim, apakah sudah terpecah belah bangsa ini hanya perbedaan agama,” tukas Chika.
Seraya ingin memiliki pemimpin yang benar-benar memberantas KKN sebab
korupsi, kolusi dan nepotisme sudah mengakar hingga ke generasi anak
muda saat ini. Senang campur sedih jika suasana dalam damainya kehidupan
berbangsa dan bernegara harus berpisah hanya karena berbeda pilihan,
“Menurutku sebaiknya tidak memilih atas dasar agama maupun suku melainkan atas dasar rekam jejaknya. Kalau ada yang mempunyai rekam jejak buruk atau anggota dari keluarga koruptor, nepotisme dan tukang kolusi, Ya! Jangan dipilih,” tandasnya.
Pilkada DKI tahun ini merupakan pemilihan kepala daerah ketiga bagi warga Jakarta yang dilakukan secara langsung menggunakan sistem pencoblosan. Jadwal pemilihan periode ini dimajukan dari jadwal
pemilihan periode sebelumnya, yaitu 11 Juli karena mengikuti jadwal pilkada serentak.
“Kita diberi mata dan telinga oleh Allah SWT maka kita harus menggunakannya dengan baik apa yang kita lihat dan dengar tentang calon yang maju hendaknya menjadi pertimbangan kita. Selain itu kita
juga punya akal pikiran dan hati nurani, yang jujur, tidak diliputi oleh kebencian pribadi atas dasar issu SARA,” pungkas Chika.(BTL)
UKW 2018