Sekum MUI : Banyak Kaum Radikal Muncul yang Susah Hidup dalam Keberagaman

Sekum MUI : Banyak Kaum Radikal Muncul yang Susah Hidup dalam Keberagaman

Makassar,Citranewsindonesia- Dalam sambutan yang diberikan saat acara maulid nabi Muhammad SAW
yang diselenggarakan oleh  Ahlul Bait
Indonesia Dewan Persatuan Wilayah Sulsel dan Pemkot Makassar, Sekum MUI Sulsel
Prof. Dr. Muh Ghalib, mengutip perkataan Imam Ali Bin Abi Thalib bahwa Puncak
Pengetahuan adalah Toleransi agar para jamaah yang hadir terus mengupayakan
persatuan dengan seluruh umat manusia. “Ukhuwah Islamiyah itu seperti susah
ditegakkan. Padahal kalau kita bersatu, kekuatan Islam itu sangat besar,”
ujarnya.
Dalam kalangan Muslim
sekarang ini muncul kekuatan-kekuatan radikal yang susah hidup dalam keberagaman
padahal di lain pihak, rasul diutus 
sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan dimonopoli untuk umat Islam
saja. “Oleh karena itu, mari kita tegakkan ukhuwah dengan semua insan karena rasul
datang sebagai perwujudan kasih sayang kepada dunia,” tegasnya di hadapan 300
lebih peserta maulid Nabi di Hotel Asira Makassar (24 Desember 2016)
Mursyid Tareqat
Khalwatiyah Samman, Dr. Ruslan Wahab, yang juga merupakan Ketua Hubungan Luar
Negeri MUI Sulsel, dalam ceramah inti, mengindikasikan bahwa munculnya
kekuatan-kekuatan radikal karena kelompok-tersebut tidak mengenal nabi Muhammad
secara sebenarnya. “Ada yang mengenal nabi secara bashar saja, bahwa ia hanya
manusia biasa saja. Ini tak lebih 
seperti pendekatan Abu Jahal kepada nabi. Ada juga yang mengenal nabi
secara ilmiah saja lewat bacaan-bacaan, referensi-referensi,” ujarnya. 
Namun mengutip
hadis shahih Muslim jilid 4 hal 82, ada pendekatan lain seperti yang dilakukan
Ummu Sulaim kepada nabi. “Ummu Sulaim mengelap keringat nabi untuk dijadikan
obat bagi sakit anaknya. Hal seperti ini pastilah sekarang sudah dianggap bid’ah,
padahal ini muncul karena kecintaan dan penghormatan kepada Nabi yang
mendalam,” ujarnya.
Ia juga
mencontohkan Bilal yang mengambil sisa-sisa air wudhu Nabi sampai tak tersisa,
yang merupakan tanda cinta dan kekaguman Bilal kepada Nabi. “Sekarang ini
muncul kelompok-kelompok yang berusaha memecah umat dengan yang berusaha
menghukumi apa yang dilakukan oleh sahabat-sahabat semacam itu adalah bid’ah.
Maulid juga bid’ah, barzanji bid’ah, tasawuf bid’ah dan lain lain, padahal ilmu
fiqih secara definif juga tidak ada pada zaman Nabi. Demikian juga ilmu tasawuf
secara definitif tidak ada di zaman Nabi namun semua secara nyata dilakukan Nabi,”
ujarnya.
Sebagai panita
kegiatan, Ahlul Bait Indonesia DPW Sulsel berusaha membuat ukhuwah insaniyah
tersebut benar-benar terwujud dalam acara maulid kali ini. Undangan disebarkan
ke semua elemen masyarakat sehingga saat acara banyak perwakilan masyarkat dari
berbagai golongan hadir; Muhammadiyah, NU, Syiah, Ahmadiyah, bahkan
Konghucu. (JW)  
Facebook Comments
NEWS