Cilacap | CitraNewsIndonesia.Com – Pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping atau jaran kepang meriahkan kegiatan festival budaya di Desa Keleng, Kecamatan Kesugihan.
Warga pun tampak antusias menyaksikan kesenian tradisional yang terkenal dengan aksi kesurupan di setiap pertunjukan ini, dengan memadati lokasi acara di halaman rumah warga sejak awal pertunjukan.
Tarian tradisional itu, semakin seru dan menghadirkan daya magis tersendiri di tengah terik panas matahari. Senin, (16/05/2025).
Aksi para penari kuda lumping yang telah dirias khas jaran kepang ini pun menarik perhatian penonton tatkala mereka menari sembari mengikuti alunan musik gending jawa yang dimainkan.
Tak disangka, rupanya sejumlah penonton mendadak kesurupan saat sedang asik menyaksikan. Tanpa sadar, mereka masuk ke arena bersama para penari.
Beberapa pawang masuk ke arena untuk menyabetkan cambuk ke tubuh penari. Meski demikian, mereka tak terlihat kesakitan dan tetap asyik makan bunga sembari berlenggak-lenggok mengikuti alunan musik.
Kondisi itu membuat para penonton yang didominasi emak-emak kian riuh. Kendati demikian, warga percaya pertunjukan itu aman di bawah kendali sang pawang.
Kegiatan ini rupanya cukup menarik, dimana selain menyuguhkan kesenian tradisional yang mengundang perhatian warga, festival budaya ini juga rutin digelar setiap 36 hari sekali.
Kepala Desa Keleng, Arsidi menyampaikan, festival budaya ini dalam rangka mapag hari Selasa Kliwon. Kegiatan seni kuda kepang ini digelar oleh Pemerintah Desa Keleng kolaborasi bersama komunitas adat kejawen desa setempat.
“Kegiatan diawali pertunjukan seni kuda kepang untuk warga, dilanjutkan kenduri bersama,” ungkap Arsidi saat ditemui.
Arsidi melanjutkan, festival budaya tersebut digelar untuk melestarikan budaya jawa, khususnya seni tradisional yang ada di wilayahnya.
“Tujuannya yang jelas nguri-nguri budaya, dan inilah bukti dari keragaman budaya yang ada di Desa Keleng, salah satunya keberadaan komunitas kejawen disini,” ujarnya.
“Dan kegiatan ini rutin, tapi bukan tahunan melainkan digelar setiap 36 hari sekali,” imbuh Kades Keleng ini.
Melalui festival budaya yang digelar rutin ini diharapkan seni tradisional di Desa Keleng dapat terus lestari. “Selain itu, komunitas kejawen ini tetap bertahan dan bisa menjadi pelopor karena mereka ini adalah orang-orang yang jujur dan komitmen dengan pendiriannya,” pungkas Arsidi. Jos.